Saturday, January 15, 2011

Lepa-lepo....

“apa sih itu?”,”makanan apa itu?” “kok aneh?”,”opo kui?” mungkin (sekali lagi: mungkin) itulah yang akan ada di benak Anda ketika bertemu dengan istilah ini. Saya kan nggak tahu apa yang ada dalam benak Anda. Jadi saya cuma bisa mengatakan “mungkin”. Istilah “lepa-lepo”, kalau mau dicari di kamus besar bahasa Indonesia pasti nggak akan ketemu. Apalagi dicari di kamus inggris-indonesia, Indonesia-inggris, kamus bahasa arab, kamus ilmiah popular, saya jamin nggak akan bisa ketemu. Sampai Anda punya cucu sepuluh. Mau dibolak-balik sampai jebol juga pasti nggak akan ketemu. Saya kenal istilah ini ketik saya masih SMA dulu, dan tinggal di sebuah asrama yang terletak di selatan kota Kediri, sebuah desa yang adem ayem, gemah ripah loh jinawi. Hehehe.

Kalau ada teman yang tampak bodoh, dungu, kurang gairah, lemes, lemah, letih lesu, celingak celinguk, nggak jelas arah tujuannya, kalo jalan kayak orang ilang, jalannya kayak siput, orang-orang kayak gini yang biasanya di gojlokin (diejek) sebagai orang lepa-lepo. “bocah kok lepa-lepo… “ kurang lebih seperti itulah. Akhirnya istilah ini jadi popular, karena sering digunakan banyak orang, untuk “menghajar” orang-orang dan menyebar dengan cepat dari mulut ke mulut. Nggak perlu iklan di TV, Koran, majalah, pamflet, baliho, bahkan coret-coretan di tembok kamar mandi.

Entah siapa yang pertama kali mempopulerkan istilah lepa-lepo ini. Seperti kebiasaan orang yang tinggal dalam satu komunitas, istilah-istilah tertentu, bahasa-bahasa baru akan lebih cepat menyebar. Saya juga nggak tahu secara teoritis. Lha wong saya bukan orang pintar dan cerdas. Lha wong saya ini kan lepa-lepo. Saya hanya berbicara pengalaman saja. Mohon maaf kalau ini terlihat bodoh. Namanya juga lepa-lepo.hehe…

2 comments:

Orang pintar selalu meninggalkan komentar