Monday, February 27, 2012

Book Of Rinduan Zain







Make Me Feel Ill

Sebelumnya saya mohon maaf kalau tulisan ini lebih terlihat seperti curhat atau menulis diary.
Selain itu, ini adalah pendapat saya secara subjektif karena saya yang mengetahui,
mamahami, dan mengalami. Serta sedikit banyak agak ngawur.





Rasanya kuliah di UIN Jogja yang paling berat adalah MPKI dimana Pak Enjain/pakenjain  (pakenjain: adalah nama popular Mr.Rinduan Zain di dunia maya) sebagai pengampu. Selama di UIN, baru (dua) kali ini merasakan kuliah paling tidak nyaman dan tidak enak. Bagiamana dengan kuliah yang lain? Santai-santai aja! Saya rasa
hampir semua setuju meskipun saya tidak punya data statistik yang bisa saya jadikan sebagai landasan argumen ini.



Bagaimana mau enak, setiap kali class meeting pasti ada tugas. Bagaimana mau nyaman, semua tugas harus selesai sesuai jadwal dan dibawah tekanan (underpressure). Selain itu, juga harus sesuai prosedur. Iya kan? 

Belum lagi kalau harus daftar e-learning, enrol key, nggak bisa masuk e-learning celingak-celinguk, tanya sana-sini, harus update informasi, harus buat postingan, harus ikut comment, online terus, download SAP, dan lain-lain. Kalau nggak bisa mengikuti itu? Siap-siap kembali ke jaman batu karena ketinggalan informasi. Correct me if I’m wrong.


Beginilah Kuliah, Begitulah Kerja

Selama saya kuliah di kampus ini, belum pernah saya menemui mata kuliah yang begitu serius dan menegangkan. Justru yang menegangkan adalah pengampunya, bukan mata kuliahnya!. Yang penting masuk, duduk, presensi minimal 75%, mendengarkan, buat makalah dari hasil copy-paste atau karya sendiri nilainya sama saja. Mending copas aja! Setelah UAS, dapat minimal B+ and.. done!. Setelah itu berakhir? Saya sudah tidak ingat apa-apa. Semua berlalu begitu saja.

Kemudian muncullah pakenjain dengan terobosan-terobosan dan metode baru dalam proses kuliah. It’s amazing for the first time to me. MPKI dengan karoseri baru!. 

MPKI dengan karoseri baru lebih nyaman? I don’t think so!. Saya merasa bahwa MPKI tidak se-sederhana sebelumnya yang pernah saya ikuti. Tidak hanya sekedar teori yang hanya dimengerti, dipahami, bahkan dihafalkan, tetapi juga harus dilakukan. Ini tidak terlepas dari pengaruh etos kerja yang dibawa pakenjain dari “luar sana” ke dalam kampus ini yang sekian lama berada dalam zona “nyaman”.

“ini lho MPKI yang sebenarnya” kira-kira begitulah bahasa sederhana pakenjain untuk memperkenalkan apa itu sesungguhnya metodologi penelitian. Beginilah kuliah yang (hampir) sebenarnya. Underpressure; sistematis; materi disampaikan secara komprehensif; perfect evaluation, karena semua pekerjaan dikoreksi satu per satu dan mendetail, kemudian dikembalikan sehingga mahasiswa tahu dimana letak salahnya; kognisi, afeksi, psikomotorik semua berusaha dikembangkan oleh pakenjain; dan yang terakhir; RTFM, Read The F**king Manual: Baca Petunjuk! (SAP) agar tidak tersesat ketika ikut class meeting. Belum ada dosen lain yang mau melakukan hal seperti itu. Am I right?

Pakenjain memiliki tujuan mulia agar saya dan kita semua bisa menguasai MPKI dengan baik, perfect sesuai dengan sirathal mustaqim-nya metodologi penelitian. Tetapi saya belum mampu untuk mengimbangi “permainan” pakenjain. Saya salut kepada teman-teman yang bisa mengimbangi karakteristik kuliah ala pakenjain dengan cepat. Saya sangat menghargai mereka semua.

Beginilah kuliah. Apalagi ala pakenjain. Kalau dalam dunia kerja ada istilah No work, no pay. Tidak bekerja, maka tidak ada bayaran! That’s all clear! Dalam dunia akademik, tidak mengerjakan tugas, berarti tidak ada nilai yang didapat. That’s fair, isn’t?

Kalau saya jadi boss, nggak mau dong menggaji orang yang tidak mau bekerja dan tidak produktif. Rugi! Biaya operasional yang dikeluarkan lebih besar tetapi tidak ada profit yang masuk. Saya yakin teman-teman juga sependapat dengan saya. Siapa diantar kalian yang mau rugi? Nggak ada kan?. Mungkin saat ini, saya di “gaji” pakenjain sesuai dengan hasil kerja saya. Kalau kerja saya jelek, ya “gaji”nya sedikit. Kalo kerjanya bagus dan hasilnya bagus, siap-siap dapat “gaji” dan bonus. Semua ada runtutan sebab-akibatnya. Dalam beriwirausaha, untuk meningkatkan penjualan seorang pengusaha akan berusaha semaksimal mungkin untuk promosi, meningkatkan mutu, meningkatkan pelayanan, dan hal-hal lain yang bisa menarik minat calon konsumen untuk membeli atau memakai jasa yang ditawarkan. Jika pengusaha sudah berusaha maksimal, mentok, maka sudah jadi hukum alam jualannya akan laku dan keuntungan pasti ada. Sebab-akibat!

Ya, begitulah beratnya kalau sudah terbiasa dalam zona “nyaman” kemudian tiba-tiba berubah drastis ketika harus dijari kritis untuk merubah kultur yang sudah lama melekat. Jadinya ya seperti saya ini. Stress! 


Book Of Rinduan Zain

Menurut saya pakenjain adalah orang yang tepat membawa mata kuliah ini. Pakenjain dengan metodologinya mengajarkan saya dan kita semua untuk kritis. Apa itu kritis? Apakah lebih dekat kepada kritik?men-judge? Atau apa? Pakenjain dalam blog-nya mengatakan:

Kritis itu kira2 model berfikir mandiri (independent) yang berdasarkan nalar (logical) dan realita (empirical) untuk menghasilkan pemikiran cerdas yang mencerahkan (enlightening) dan membebaskan (liberating).

See? Selanjutnya pakenjain menjelaskan bahwa independent itu adalah tidak terpengaruhi oleh orang lain. Saya membuat tulisan ini adalah murni dari keinginan saya sendiri. Bukan karena pengaruh seseorang atau kelompok tertentu. Yang saya tulis adalah hal yang masuk akal (logical), benar-benar terjadi (empirical) dan bisa dibuktikan. Kemudian, pemikiran kritis itu mampu memberikan pencerahan (enlightening) kepada sekelilingnya dan mampu membebaskan (liberating) orang atau diri sendiri dari masa lalu yang suram. 

Untuk bisa mencapai tahap kritis, salah satu caranya ada belajar metodologi penelitian. Dalam kuliah ini, pakenjain memang selalu memberikan materi secara menyeluruh baik itu dalam class meeting, ataupun melalui posting e-elearning yang bisa diunduh oleh mahasiswa.

Apa itu cukup untuk saya? Masih belum. Masih ada satu yang menjadi harapan saya. Yaitu pakenjain menulis buku Metodologi Penelitian ala Pakenjain. Saya rasa itu bukan ide yang buruk. Supaya saya punya petunjuk dan manual yang benar mengenai seluk-beluk metodologi penelitian, dengan metode berpikir pakenjain yang to the point dan tidak bertele-tele. Saya yakin, buku yang ditulis pakenjain akan memberikan pengaruh yang luar biasa bagi mahasiswa-mahasiswa KI, terutama saya. Apalagi saya melihat pakenjain mulai jenuh mengampu mata kuliah ini, karena tidak sesuai dengan harapan beliau. Terutama “kakak-kakak” seperti saya yang tidak patut dijadikan contoh. Meski begitu, beliau tetap berusaha.



Stupid Loser Just Surrender!

Sebelumnya saya pernah bilang kalau saya belum bisa mengimbangi cara kuliah pakenjain. Saya akui itu dan itu memang benar. Apalagi saya terbiasa dengan metode yangs santai, dan dengan model kuliah yang kolot. 

Berat rasanya untuk bisa menjadi baik dan lebih baik. Apalagi dengan cara kuliah underpressure seperti ini. Sulit memang untuk bisa Memperbaiki etos kerja, memperbaiki sikap, memperbaiki sportifitas, dan yang terakhir adalah bercermin kepada diri sendiri. Berat!

Saya ini hanya seorang pecundang yang tidak bisa mempelajari dan memahami sesuatu dengan cepat. Sebaiknya memang menyerah saja daripada menghabiskan waktu ikut kuliah ini. Masuk akal memang. Tapi saya nggak akan menyerah. Kalau memang nilai saya semester ini jelek, that’s okay. Itu berarti memang saya yang tidak bisa bekerja dengan baik. Ingat istilah sebelumnya? No work, no pay. nggak kerja berarti nggak ada nilai!. Cukup adil. Saya bersedia mengulangi lagi semester depan dan akan saya fokuskan untuk menaklukkan pakenjain dengan MPKI-nya. I hope so.

Kepada Pakenjain, saya mohon maaf karena saya adalah orang yang selalu mengecewakan bapak. Saya harap bapak nggak bosan kalau ketemu saya lagi semester depan.


1 comment:

Orang pintar selalu meninggalkan komentar